Sinetron Diva

Satu lagi sinetron konyol dari Serena Luna. Ceritanya masih berkisar itu-itu juga: anak yang terpisah dari orangtua kandungnya, dia jadi orang miskin sementara orangtuanya kaya… Ingat cerita sinetron Intan dan Candy?

Ceritanya, ibu Marisa sudah lama ngga punya anak. Kemudian dia hamil, tapi saat melahirkan (di rumah, tanpa dokter/bidan… aneh kan orang kaya ga bisa manggil dokter ato ke rumah sakit?), pembantunya mengira anak yang dilahirkan itu udah meninggal. Dengan amat sangat kebetulan (huh, gak banget deh), ada seorang gelandangan yang hilang ingatan juga baru melahirkan seorang anak (hayooo.. siapa bapaknya coba…). Jadi ditukarlah anak itu dengan anak si orang gila tanpa sepengetahuan majikannya. Tentu saja, anak itu sebenarnya masih idup (kalo udah mati beneran, selesai dong ceritanya).

Cerita selanjutnya mudah ditebak. Anak kandung keluarga kaya itu diangkat anak oleh orang tidak mampu, dan anak si orang gila jadi anggota keluarga Marisa. Si anak terbuang itu namanya Diva (astaga, bagus amat namanya), dan anak hasil pertukaran yang bernama Angkasa (siapa coba yang mau namain anaknya begitu) menjadi dokter. Diva ternyata buta, tapi optimis, urakan, dan menurut saya agak kurang ajar untuk ukuran orang yang serba kekurangan.

Kemudian, nenek yang merawat Diva sakit karena jatuh waktu betulin lampu d rumah. Maka dia dibawa ke rumah sakit… Tunggu dulu. Kenapa juga ke rumah sakit ‘yang itu’? Ada ratusan rumah sakit di Jakarta. Lagipula jelas diceritakan keluarga nenek Diva tu miskin, mana mungkin masuk ke rumah sakit yang kelasnya seperti itu? Kan lebih wajar kalau ke puskesmas atau rumah sakit pemerintah di kelas bangsal. Ah, iya, lupa, ini ciri khas Serena Luna: melupakan detail seperti ini.

Untuk membayar biaya rumah sakit, Diva pun bekerja keras jualan kue. Eit, sebentar. Selama ini Diva jualin kue bikinan neneknya. Sekarang nenek di rumah sakit, jadi siapa yang bikin kue? Entah kenapa Serena Luna gak maju juga bikin skenarionya. Konyol lagi, masih dipake juga tuh!

Sinetron ini tertolong oleh akting Nirina yang segar. Meski saya ngga habis pikir melihat penjual kue di perempatan jalan, buta pula, tapi pakaian dan penampilannya sama bersihnya dengan suster-suster di rumah sakit yang steril. Jangan-jangan kekonyolan itu merambat ke penata rias dan sutradaranya juga?